Selasa, 30 Maret 2021

TIPS MENJALANKAN IBADAH PUASA BAGI ODHA

 


Selama bulan Ramadan, umat Islam menjalankan puasa hampir 14 jam setiap hari selama sebulan penuh. Bagaimana ODHA dapat menjalani puasa dan tetap menjaga kesehatan mereka? Pada dasarnya ODHA masih bisa melakukan ibadah puasa Ramadan dengan baik. Namun tentu ada beberapa syarat yang harus mereka penuhi agar ibadah mereka bisa berjalan dengan lancar. Oleh sebab itulah dalam beberapa kondisi tertentu, puasa mungkin tidak dianjurkan bagi mereka.

ODHA YANG BERPUASA SELAMA BULAN RAMADAN DISARANKAN UNTUK SELALU MENJAGA ASUPAN GIZI, TERUTAMA ASUPAN MAKANAN SAAT SAHUR DAN BERBUKA.

Tentu banyak pertanyaan yang muncul, apakah ODHA dapat berpuasa? Kondisi apa yang diperbolehkan? Kondisi apa yang tidak dianjurkan untuk berpuasa? Dan bagaimana cara minum obat ARV bagi yang masih minum obat ARV per 12 jam, mengingat dengan puasa akan ada interval jarak minum obat lebih dari 12 jam?
Saat ini hampir semua pasien HIV baru akan mendapatkan obat kombinasi dosis tetap atau obat ARV jenis FDC (Fixed-Dose Combination) yaitu kombinasi rejimen Tenofovir + Lamivudine + Efavirenz. Kalian yang menggunakan obat ini bisa menjalankan ibadah puasa tanpa harus mengubah jadwal minum obat, karena hanya diminum per-24 jam.
Beberapa patokan yang bisa digunakan untuk mengatakan kondisi stabil untuk berpuasa adalah:
  • Sudah minum obat ARV dengan teratur dan rutin.
  • Tidak ada infeksi aktif seperti tuberkulosis, toksoplasmosis, dan lainnya.
  • Tidak sedang demam, diare atau mual/ muntah hebat.
Sementara bagi yang sudah senior dan masih menggunakan terapi ARV rejimen lain yang diminum per-12 jam seperti zidovudine, lamivudine, duviral, nevirapine dan lain-lain, tidak usah khawatir karena kalian masih tetap bisa menjalankan ibadah puasa dengan cara mengubah jadwal minum obat yakni diminum saat imsak dan saat berbuka—di mana ini kemungkinan besar aman dan tidak akan menimbulkan risiko resistansi. Efavirenz (bila dipakai) dapat diminum pas sebelum tidur seperti biasa.
Selain itu, ODHA yang berpuasa selama bulan Ramadan juga disarankan untuk selalu menjaga asupan gizi, terutama asupan makanan saat sahur dan berbuka. Hal ini untuk menjaga agar tubuh tidak melemah selama berpuasa, yang nantinya justru berdampak buruk bagi kondisi tubuh.
Sebetulnya, menurut beberapa pakar, resiko terbesar tidak muncul dalam bulan puasa, tetapi justru setelah puasa selesai. Ya, saat itu kita kembali ke jadwal semula, kita mungkin sudah kehilangan rutinitas yang membantu kita ingat memakai obat. Selain itu, biasanya kita akan mudik untuk Lebaran, dan dengan perjalanan yang cukup panjang memungkinkan untuk lupa memakai obat selama dalam perjalanan.
Setelah sampai ke kampung halaman, ada pesta ria, rutinitas tiada, dan mungkin juga keluarga di rumah tidak tahu status kita sehingga kita harus memakai obat secara sembunyi-sembunyi. Sekali lagi, lebih mungkin kita akan lupa atau telat mengkonsumsi obat ARV. Dan setelah kembali dari libur Lebaran, kita juga harus membentuk rutinitas lagi, dengan risiko lupa/telat beberapa kali dalam minggu-minggu pertama.

Sumber : sayaberani.org

BOLEHKAH ODHA BERPUASA?



 Ramadhan adalah nama salah satu bulan dalam kalender hijriyah, di mana Selama sebulan penuh umat Islam menjalankan ibadah puasa selama 13-14 jam setiap harinya. Ya, berpuasa sendiri sangat baik untuk kesehatan dan dianjurkan bagi orang-orang yang juga memiliki kesehatan yang baik. Ada beberapa orang yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa, yakni orang sakit, perempuan hamil, menyusui, orang tua yang lemah dan musafir. Pertanyaannya, bisakah seseorang dengan HIV positif berpuasa selama Ramadhan?

ANDA PERLU MEMPERTIMBANGKAN BEBERAPA FAKTOR, SEPERTI: KONDISI ANDA PADA SAAT DIDIAGNOSIS, KESEHATAN ANDA SECARA KESELURUHAN, VIRAL LOAD DAN JUMLAH SEL CD4 ANDA.

Pihak terbaik untuk membantu memutuskan apakah Anda boleh berpuasa atau tidak adalah dokter Anda. Dan untuk membantu dokter membuat keputusan, Anda perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti: kondisi Anda pada saat didiagnosis, kesehatan Anda secara keseluruhan, viral load dan jumlah sel CD4 anda. Bagi mereka yang berada di masa awal pengobatan, disarankan untuk tidak berpuasa dulu karena tubuh masih mencoba menyesuaikan diri dengan pengobatan yang sedang Anda jalankan.

Jika Anda telah menjalani pengobatan untuk beberapa waktu, dan jumlah sel CD4 Anda baik dengan viral load yang tidak terdeteksi, serta kesehatan yang baik secara menyeluruh, maka Anda bisa mempertimbangkan untuk mendiskusikan keinginan untuk berpuasa.

Tanyakan kepada dokter apakah rejimen obat Anda dapat disesuaikan tanpa risiko, sehingga Anda dapat meminumnya sebelum imsyak dan saat berbuka. Jika Anda menggunakan rejimen satu pil yang diminum sehari sekali, akan lebih mudah bagi Anda untuk berpuasa daripada jika menggunakan beberapa pil.

Langkah Tambahan Saat Berpuasa

Setelah mendapatkan lampu hijau dari dokter, Anda masih perlu mengambil langkah tambahan saat berpuasa Ramadhan. Misalnya, cobalah menyiapkan suplemen yang baik untuk digunakan setiap hari selama sebulan jika Anda belum melakukannya. Ini karena selama berpuasa, berkurangnya asupan makanan dalam sehari dapat mengurangi asupan mineral dan vitamin penting.

Minumlah banyak air di malam hari dan hindari berbuka dengan makanan asin yang bisa membuat haus. Hindari paparan matahari atau panas yang tidak perlu untuk menghindari dehidrasi. Jangan membebani tubuh dengan bekerja terlalu banyak dan istirahatlah dengan baik saat berpuasa.

Para ahli kesehatan juga menyarankan tidak mengonsumsi minuman bersoda atau berkarbonasi seperti cola, limun dan lain-lain saat berbuka puasa. Ini karena, jam puasa yang panjang menyebabkan dehidrasi ginjal. Dan minuman bersoda bisa menyebabkan gangguan pada ginjal. Sebaliknya, konsumsi hanya air putih atau jus segar.

Puasa juga bisa memiliki manfaat kesehatan yang besar jika dilakukan dengan cara yang tepat. Ya, berpuasa secara teratur dapat menurunkan LDL, atau kolesterol jahat; mengurangi risiko untuk menambah berat badan dan terhindar dari diabetes, yang keduanya merupakan faktor resiko untuk penyakit jantung.


Minggu, 14 Maret 2021

Pengantar Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Kudus



 

PENGANTAR

KEPALA SEKRETARIAT

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA)

KABUPATEN KUDUS

 

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Blog ini dapat disajikan.

 

Pertama kami ucapkan terima kasih atas perkenan Bapak Plt. Bupati Kudus selaku Ketua Komisi Penanggulangan Aids Kabupaten Kudus yang berkenan memberikan arahan langsung di berbagai kegiatan penting serta arahan untuk pelaksanaan Penanggulangan HIV-AIDS Kabupaten Kudus Tahun 2020 ini.

 

Blog ini dibuat untuk mendokumentasikan rangkaian kemajuan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Kudus. Perkembangan situasi HIV dan AIDS dilaporkan dari waktu kewaktu untuk dapat memperlihatkan perkembangan yang lebih nyata. 

Dimulai dengan Profil KPA Kabupaten Kudus, karena disinilah tugas pokok dan fungsi KPA, yang akan berdampak pada peningkatan peran anggota KPA, lembaga dan sektor-sektor non pemerintah. Laporan ini juga mencakup upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang telah dilakukan dan program penanggulangan HIV dan AIDS kedepan.

Terimakasih disampaikan Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Kudus, OPD, Anggota KPA, Rumah Sakit Daerah, Rumah Sakit Swasta, LSM, Warga Peduli AIDS, Perusahaan Swasta, Akademisi, Organisasi Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan yang sudah berpartisipasi membantu dalam memberikan data dan materi serta membantu kesuksesan penanggulangan AIDS di Kabupaten Kudus.

 

Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.

 

Kudus,    31 Desember 2020.

Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS

Kabupaten Kudus

 

 

 

NURHADI, SH


Pengantar Ketua Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Kudus

 


 

 

PENGANTAR

Plt. BUPATI KUDUS

SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA)

KABUPATEN KUDUS

 

Bismillahirahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Marilah kita selalu memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Kudus bisa berjalan.

Selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Kudus saya menyampaikan pada berbagai kesempatan bahwa kita bisa mengendalikan kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Kudus tercinta ini. Sumber daya dan dana untuk penanggulangan HIV dan AIDS telah tersedia. Diperlukan semangat dan etos kerja yang  tinggi dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS kedepan karena masih banyak tantangan yang harus kita hadapi.

Marilah kita tingkatkan keberhasilan yang sudah ada, dan yang masih kurang untuk kita perbaiki bersama. Epidemi HIV dan AIDS di Indonesia dan khususnya Kabupaten Kudus terus meningkat, tetapi data ini satu sisi sangat memprihatinkan namun sisi yang lain merupakan hasil dari kegiatan dan program yang kita laksanakan bersama selama ini untuk menjawab fenomena “gunung es”. Kedepan kasus infeksi baru HIV harus dapat dikendalikan pada semua kelompok masyarakat termasuk populasi kunci/resiko tinggi, dan ini perlu melibatkan semua stake holder.

Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Kudus, OPD, Anggota KPA, Rumah Sakit Daerah, Rumah Sakit Swasta, LSM, Warga Peduli AIDS, Perusahaan Swasta, Akademisi, Organisasi Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan dan seluruh unsur yang sudah berpartisipasi, saya mengucapkan banyak terima kasih, atas kontribusi pikiran, tenaga dan materi yang telah diberikan selama ini.

Akhir kata, Ayo lindungi diri, Keluarga dan Masyarakat dari bahaya HIV dan AIDS. “KUDUS HEBAT TANPA STIGMA DAN DISKRIMINASI PADA ODHA”.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kudus, 31 Desember 2020.

Plt. BUPATI KUDUS

WAKIL BUPATI

Selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS

Kabupaten Kudus,

 

 

 

Dr. HM. HARTOPO, ST, MM, MH.

  SOSIALISASI PENGETAHUAN DASAR HIV/AIDS BERSAMA SAKA BHAKTI HUSADA RANTING GEBOG KUDUS        Minggu, 28 Juli 2024, Komisi Penanggulang...